SBY-Marzuki Berbalas Pesan, Suhu Demokrat Makin Panas?
Partai Demokrat terus dirundung kemelut. Hubungan antara Ketua Dewan Pembina Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Ketua Dewan Pembina Marzuki Alie dikabarkan merenggang. Mereka berbalas pesan lewat SMS (Short Messages Service).
Hari ini, Rabu, 27 Maret 2013, beredar SMS berisi peringatan keras SBY kepada Marzuki Alie. Itu terkait Kongres Luar Biasa (KLB) yang akan dihelat di Bali pada 30-31 Maret 2013. Panasnya persaingan mencari pengganti Anas Urbaningrum itu terus meningkat.
Kabarnya, pesan ini disampaikan SBY setelah dia mengetahui Marzuki Alie mengumpulkan Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) dan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) di Hotel Putri Duyung, Ancol, Jakarta, untuk konsolidasi menjelang KLB.
Setelah SBY memberi peringatan keras kepada Marzuki agar tak bermanuver menjelang Kongres Luar Biasa Partai Demokrat, giliran Marzuki meresponsnya.
Dalam pesan Marzuki kepada SBY yang beredar luas di DPR itu, Marzuki membantah tudingan bahwa ia tidak loyal kepada SBY. Ia juga membantah telah mengumpulkan kader-kader Demokrat untuk menggalang dukungan.
Benarkah SBY dan Marzuki Alie berbalas pesan itu?
Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat, Sutan Bhatoegana, membenarkan ada peringatan dari SBY untuk Marzuki. Namun menurutnya, peringatan itu bukan karena SBY marah kepada Marzuki, melainkan untuk mengingatkan akan kesepakatan bahwa tidak boleh ada perpecahan di KLB.
“Mana ada Bapak yang keras sama anaknya? SBY begitu ke semua anaknya (kadernya), termasuk kepada saya,” kata Bhatoegana di Gedung DPR.
Ketua DPP Partai Demokrat Mirwan Amir menilai wajar jika SBY tidak simpati pada Marzuki setelah mengetahui Marzuki mengumpulkan pimpinan DPD dan DPC di Ancol menjelang KLB. "Ya saya nggak tahu juga maksudnya Pak Marzuki Alie mengumpulkan DPP DPC di Ancol itu. Saya rasa wajar-wajar saja Pak SBY tidak simpatik dengan cara-cara seperti itu," kata Mirwan di Gedung DPR.
Langkah Marzuki mengumpulkan pimpinan DPD dan DPC itu berseberangan dengan semangat partai untuk mempersatukan seluruh kader. "Karena KLB ini kan Pak SBY ingin mempersatukan seluruh anggota Partai Demokrat supaya tidak ada lagi kubu-kubuan," katanya.
Terkait pesan itu, kata Mirwan, bisa saja SBY melarang Marzuki maju menjadi Ketua Umum. "Saya lihat itu, ya mungkin saja," ujar dia.
Atau justru memang niat Marzuki Alie benar-benar ingin membantu kader-kader di daerah, karena transportasi ke Bali sulit? "Ya mungkin itu tujuan Pak Marzuki Alie untuk membantu kader-kadernya," kata dia.
Pembelaan untuk Marzuki datang dari Ketua DPP Partai Demokrat, Ignatius Mulyono. Menurut Mulyono, Marzuki mengumpulkan DPD dan DPC di Hotel Putri Duyung Ancol, Jakarta, hanya untuk membantu peserta kongres agar dapat ikut kongres dan ikut serta dalam mengembalikan kondisi Demokrat.
"Tidak (ada manuver). Yang saya lihat bahwa semua potensi yang ikut ke KLB bisa dibantu dan didorong agar ikut serta dalam mengembalikan kondisi Demokrat jadi lebih baik. Itu hanya bentuk bantuan biasa," kata Mulyono di Gedung DPR.
Mulyono berharap, situasi politik menjelang KLB tidak memanas. "Inilah saya harapkan semua pihak bisa bantu Demokrat untuk berbenah diri, jangan dikondisikan tak bagus," kata dia.
Meski tidak bermanuver, kata Mulyono, Marzuki memang sudah memiliki banyak pendukung. Sebab, sebelumnya, Marzuki pernah mencalonkan diri menjadi Ketua Umum pada Kongres Demokrat Mei 2010. "Pak MA dulu kan salah satu yang diusung jadi Ketum. Mereka sekarang ini mendorong Pak Marzuki untuk menghadiri acara di Bali dengan membantu di Ancol," kata dia.
Lalu apakah SMS itu disebarkan oleh lawan politik Marzuki di internal partai? "Barangkali, ada yang tak mau KLB tidak kondusif," ujar dia.
Respons Marzuki Alie
Marzuki sendiri telah membantah menerima peringatan dari SBY. “Saya tidak tahu persis,” kata Marzuki ketika dikonfirmasi.
Dia mengaku tidak pernah bertemu DPD dan DPC dalam tiga hari terakhir. Dia beralibi dalam tiga hari ini tengah berada di Bali menghadiri siding parlemen Asia Pasifik. Bahkan, tadi malam Marzuki mengaku makan malam bersama SBY.
Dicecar soal pertemuan Ancol, Marzuki mengungkapkan yang mengumpulkan para Ketua DPD dan DPC Partai Demokrat di Ancol adalah anak angkatnya, Syofwatillah Mohzaib.
“Mereka dibantu transit, sekaligus buat dukungan untuk SBY. Silakan tanya Mas Ibas [Edhie Baskoro Yudhoyono], karena koordinasi dengan Mas Ibas. Artinya info tersebut (Marzuki mengumpulkan Ketua DPC dan DPD) tidak tepat,” kata Ketua DPR itu.
Syofwatillah Mohzaib, anak angkat wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Marzuki Alie mengumpulkan para ketua DPD dan DPC Partai Demokrat di Hotel Putri Duyung, Ancol, Jakarta.
Marzuki mengakui langkah anak angkatnya itu. Tapi, Marzuki membantah bahwa mereka dikumpulkan untuk konsolidasi menjelang kongres luar biasa (KLB). KLB akan digelar di Bali 30-31 Maret 2013.
"Itu bukan timses, itu anak angkat saya. Memfasilitasi kader yang akan berangkat ke Bali yang kesulitan tiket terpaksa harus transit," kata Marzuki dalam pesan singkatnya, Rabu 27 Maret 2013.
Menurut Marzuki, mereka datang bersamaan di Bali tanggal 29 Maret 2013, sehingga Marzuki dan anaknya mempersiapkan tempat transit tanggal 27 dan 28 Maret 2013 di Jakarta. "Semua rencana itu koordinasi dengan Pak Opat (sapaan Syofwatillah) dan Mas Ibas," kata dia.
Marzuki sendiri saat ini sudah berada di Bali bersama dengan Ketua Majelis Tinggi Susilo Bambang Yudhoyono, anggota Majelis Tinggi Syarif Hasan, Amir Syamsudin dan Roy Suryo.
Marzuki juga membantah mengirim pesan kepada SBY sebagai respons atas teguran keras kepadanya. Pesan yang disebut-sebut berasal dari Marzuki itu beredar luas di DPR.
“Itu hoax. Apa yang diminta maafkan. Salah saja tidak kok,” kata Marzuki ketika dikonfirmasi, Rabu 27 Maret 2013. “Diminta maafkan” yang dimaksud Marzuki itu merujuk pada kata-kata dalam pesan yang beredar tersebut.
“Mohon maaf Bapak SBY, SMS Bapak yang diedarkan seolah saya penjahat dan pengkhianat Partai Demokrat, membuat saya merasa tidak berguna di Partai Demokrat, seolah saya yang merusak PD. Mohon maaf Bapak SBY, situasi ini membuat saya sangat sedih,” demikian kutipan isi pesan itu.
Ada Faksi di Demokrat
Calon Ketua Umum Partai Demokrat, Saan Mustofa, mengaku tak mau pusing memikirkan manuver-manuver lawan politiknya menjelang Kongres Luar Biasa Partai Demokrat di Bali, 30-31 Maret mendatang. Menurut Saan, setiap kandidat calon Ketua Umum pasti memiliki cara pendekatan yang berbeda.
"Saya tidak melakukan manuver politik. Kalau yang lain yang melakukan, ya itu masing-masing yang dipilih. Saya cukup silaturahmi lewat SMS," kata Saan di Gedung DPR, Rabu 27 Maret 2013.
Pada dasarnya, kata Saan, forum KLB diadakan untuk mencari Ketua Umum terbaik sehingga mampu memperbaiki kondisi Partai Demokrat yang didera berbagai masalah.
Masalah pertama, kata Saan, kekosongan kekuasaan setelah Anas tidak lagi memimpin partai. Anas mundur setelah ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi.
Masalah kedua, elektabilitas partai yang turun terus-menerus. Saan menilai, kondisi itu harus segera diakhiri. Sementara masalah ketiga, adanya faksi di tubuh partai dan dipahami sebagai yang destruktif. "Saya pribadi akan mencari alternatif menyelesaikan masalah itu," kata Wakil Sekretaris Jenderal Demokrat tersebut.
Terlepas dari persiapan yang dllakukan Saan, Wakil Sekjen Partai Demokrat, Ramadhan Pohan, memberi sinyal bahwa calon Ketua Umum mengerucut pada satu nama: Susilo Bambang Yudhoyono.
"Pertimbanganya bukan menambah kekuasaan atau kekuasaan politik. Sebagai ketua Majelis Tinggi itu sudah tertinggi di partai. Tapi kalau DCS harus tanda tangan Ketum, ini yang jadi pertimbangan," kata Ramadhan.
Ketua DPD Demokrat Jawa Timur Soekarwo mengungkapkan, 33 DPD seluruh Indonesia sepakat untuk mendukung SBY sebagai Ketua Umum pada KLB, 30-31 Maret 2013 di Bali.
"Para Ketua DPD sudah bertemu dan mendiskusikan siapa Ketua Umum mendatang. Hasilnya, semua tidak ada yang menolak, memilih SBY," kata Soekarwo.
Bahkan, usulan ini pun sudah disampaikan ke SBY. Politisi Demokrat Mirwan Amir berpandangan lain. Menurutnya, wacana Susilo Bambang Yudhoyono menjadi Ketua Umum baru keinginan sejumlah Dewan Pimpinan Daerah Demokrat setelah ada pertemuan dari Cikeas.
Menurutnya, semua bisa saja berubah saat kongres luar biasa (KLB) nanti. Apalagi, lanjutnya, kader-kader di daerah belum mengetahui apakah SBY bersedia menjadi Ketua Umum atau tidak. "Tapi memang kalau dilihat dari DPD-DPD arahnya memang ke Pak SBY turun jadi Ketua Umum," kata Mirwan.
Namun, kata Mirwan, jika SBY benar menjadi Ketua Umum, maka harus dipersiapkan Sekjen baru. Sebab, saat ini yang menjadi sekjen adalah anak SBY, yakni Ibas. "Tidak elok juga kalau misalnya ketua umumnya Pak SBY, dan sekjennya anaknya sendiri," kata Mirwan.
Bisa saja, kata dia, ada beberapa perubahan dalam struktur partai. Tetapi, SBY menjadi Ketua Umum ini masih dalam tahap keinginan kader. "Makanya dari awal Saan (Mustofa) tetap aja maju," ujar dia.
Ketua DPP Partai Demokrat, Sutan Bhatoegana, menilai lebih baik SBY tidak menjadi Ketua Umum, karena akan mengganggu kinerjanya sebagai presiden.
"Janganlah SBY jadi Ketua Umum, melukai hati rakyat," kata Sutan.
Menurut Sutan, Ketua Umum baru wajib berada di kantor dan fokus memperbaiki Partai Demokrat. Sementara SBY adalah seorang Presiden yang juga harus fokus mengurus rakyat.
0 Comments:
Posting Komentar