Marquez musim ini ditunjuk jadi pebalap kedua di Repsol Honda mendampingi Dani Pedrosa setelah pensiunnya Casey Stoner. Prestasi menjuarai Moto2 musim lalu sudah cukup bikin Honda tertarik pada pemuda yang pada tanggal 17 Februari lalu berulang tahun ke-20.

Marquez memperlihatkan mengapa ia pantas disebut-sebut sebagai calon bintang di masa depan berkat penampilan apiknya di sesi tes pra musim. Lalu ketika musim bergulir ia menunjukkan potensinya di empat sesi latihan bebas meski hanya mampu start dari posisi keenam.

Namun saat balapan dimulai di sirkuit Losail, Senin (8/4/2013) dinihari WIB, Marquez seakan memperlihatkan umur bukanlah halangan untuk bisa unjuk gigi di balapan motor kelas primer. Ia tak butuh waktu lama untuk bisa berada di posisi tiga terdepan.

Pertama ia menyalip Cal Crutchlow dan kemudian menyalip Pedrosa yang adalah rekan setimnya. Sampai akhirnya ia terlibat pertarungan seru dengan juara dunia sembilan kali Valentino Rossi di 3-4 lap terakhir untuk posisi kedua.

Sempat salip menyalip dan nyaris motornya beradu ban dengan Rossi, pebalap Spanyol itu akhirnya harus mengakui keunggulan Rossi dan mengakhiri balapan di posisi ketiga. Bertarung dengan legenda MotoGP sekelas Rossi dan bisa finis di podium, mimpi yang benar-benar jadi kenyataan untuk Marquez.

"Saya coba menekan di lap terakhir, tapi Valentino begitu kuat. Saya coba betarung dengannya tapi dia sangat berpengalaman. Saya dapat melihat dari caranya mengendarai motor," ujar Marquez di Autosport.

"Saya sudah mencoba segala cara, tapi pada akhirnya ini seperti mimpi yang jadi kenyataan bisa berada di sini dengan dua orang ini (Lorenzo dan Rossi)," sambungnya.

Penampilan perdana Marquez yang cemerlang ini bisa jadi akan memompa mental serta semangatnya menghadapi musim ini. Bukan tak mungkin Marquez akan bisa mengikuti jejak Lorenzo yang tampil oke di musim pertamanya membalap di MotoGP.

"Saya memulai balapan dengan kondisi 100 persen dan begitu juga saat finis. Tidak kata santai. Sebelum balapan saya sedikit gugup. Debut di MotoGP tidak pernah mudah."

"Lalu saya melihat itu begitu penting saat memulai lomba dan di lap pertama saya mencoba untuk tampi agresif dengan pebalap lain," demikian dia.